Kamis, 21 Agustus 2014

Kanda, Fahamilah aku, aku hanyalah wanita biasa



Kepadamu yang akan menjadi pendampingku kelak..Terima kasih karena telah memilihku di antara ribuan bidadari di luar sana yang siap untuk kau pilih.. Padahal kau begitu tahu, aku hanya wanita biasa, yang sangat jauh dari sempurna.Karenanya ku ingin kau tahu, aku bukan wanita yang sempurna, aku begitu banyak kekurangan. Maka ketahuilah..

Kepadamu yang akan memilihku kelak..

Aku tak sebijak siti khadijah, karenanya ku ingin kau tahu, aku bisa saja berbuat salah dan begitu menyebalkan kamu. Maka ku mohon padamu, bijaklah dalam menghadapiku, jangan marah padaku, nasihati aku dengan hikmah, karena bagiku kaulah pemimpinku, tak akan berani ku membangkang padamu..

Duhai kau yang telah memilihku kelak.. Ingatlah, tak selamanya aku dapat tampak cantik di matamu, ada kalanya aku akan begitu kusam dan jelek. Mungkin karena aku begitu sibuk bekerja di dapur, menyiapkan makan untuk kau dan anak-anak kita nanti –insya’Allah-. Maka aku akan tampak kotor dan berbau asap. Atau karena seharian ku harus menghiasi istana kecil kita, agar kau dan anak2 kita dapat tinggal dengan nyaman dan sempurna. Maka mungkin aku tak sempat berdandan untuk menyambutmu ketika kamu pulang bekerja.. Ataukah kau akan menemukanku terkantuk kantuk saat mendengar keluhan dan ceritamu, bukan karena aku tak suka menjadi tempatmu menumpahkan segala rasamu, tapi karena semalam saat kau tertidur dengan nyenyak, aku tak sedetikpun tertidur karena harus menjaga malaikat kecil kita yang sedang rewel, dan ku tau kau letih mengais rezeki untuk kami maka tak ingin ku mengusik sedikit pun lelapmu.. Jadi jika esok pagi kau mendapatiku begitu letih dan ada lingkaran hitam di mataku, maka tetaplah tersenyum padaku, karena kau adalah kekuatanku..

Padamu yang menjadi nahkoda dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak sesabar Fatimah, ada kalanya kau akan menemukanku begitu marah, menangis dan tak terkawal, bukan karena ku membangkang padamu, tapi aku hanya wanita biasa, aku juga perlukan tempat untuk menumpahkan beban di hatiku, tempat untuk melepaskan penatku, dan mungkin saat itu aku tak menemukanmu, atau kau begitu sibuk dengan pekerjaanmu, maka bersabarlah, yang ku perlukan hanya pelukan dan belaianmu.. Karena bagiku kau adalah titisan embun yang mampu memadamkan segala resahku..

Ataukah ada kalanya tanganku akan mencubit dan memukul pelan si kecil karena lelah dan penatku di tambah rengekannya yang tak habis-habisnya. Sungguh bukan karena ku ingin menyakitinya, tapi kadang aku kehabisan cara untuk menenangkan hatinya. Maka jangan membentakku karena telah menyakiti buah hati kita, tapi cukup kau usap kepalaku, dan bisikkan kata sayang di telingaku, karena dengan itu ku tau kau selalu menghargai semua yang ku lakukan untuk kalian, dan kau akan menemukanku menangis menyesali perlakuanku pada anak2 kita, dan aku akan merasakan ribuan kali rasa sakit dari cubitan yang ku berikan padanya, dan aku akan berjanji tak akan mengulanginya lagi..

Padamu yang menjadi imam dalam hidupku kelak..

Ketahuilah, aku tak secerdas Aisyah.. Maka jangan pernah bosan mengajariku, membimbingku ke arah-Nya, walau kadang aku begitu bebal dan bodoh, tapi jangan pernah letih mengajariku.. Jangan segan membangunkanku di sepertiga malam untuk bersamamu bermunajat pada Kekasih yang Maha Kasih.. Jangan letih mengingatkanku untuk terus bersamamu meraih pahala dalam amalan-amalan sunnah.. Bimbing tanganku ke JannahNya, agar kau dan aku tetap bersatu di dalamnya.

Padamu yang menjadi kekasih hati dan teman dalam hidupku..

Seiring berjalannya waktu, kau akan menemukan rambutku yang dulu hitam legam dan indah, akan menipis dan memutih. Kulitku yang bersih akan mulai berkedut. Tanganku yang halus akan menjadi kasar.. Dan kau tak akan menemukanku sebagai wanita cantik, yang kau khitbah puluhan tahun yang lalu.. Bukan wanita muda yang selalu menyenangkan matamu.. Maka jangan pernah berpaling dariku.. Karena satu yang tak pernah berubah, bahkan sejak dulu akan terus bertambah rasa cintaku padamu..

Ketahuilah.. Tiap harinya, tiap jam, minit dan detiknya, telah aku lewati dengan selalu jatuh cinta padamu..Maka, cintailah aku, dengan apa adanya aku.. Jangan berharap aku menjadi wanita sempurna.. Maafkan aku karena aku bukan putri.. Aku hanya wanita biasa..

Maka,terimalah aku seadanya wahai calon imamku..insyaAllah,moga kasih sayang kita kekal berpanjangan sampai syurga...

Aamiin Ya Rabbal'alamiin....

Sepertinya aku mencintaimu dengan sederhana..



Sepertinya aku mencintaimu
dengan sederhana..
Ya sederhana..
Bahkan sangat
sederhana..

Tak perlu ada kata cinta..
Tak perlu ada kta sayang..
Tak perlu ada perhatian..
Bahkan tak perlu ada
pengorbanan..

Aku suka tertawa
dan bercanda
denganmu..

Aku suka berbincang denganmu..

Aku suka melewatkan waktu bersamamu..
Walau tak ada sepatah kata cintapun di antara kita..

Dan saat itu, waktu
serasa cepat sekali berputar..

Aku tak mau
itu cepat berlalu..
Aku suka melihatmu,
memandangmu, dan
mengagumimu..

Aku suka senyummu yang menyejukkan hatiku..

Walau senyum itu entah untukku atau bukan..
Aku suka kau sering menari-nari di kepalaku..
Tarian dan bayangmu begitu indah..

Aku suka kata2mu
yang sering kali menggelitik hatiku..

Membuatku tersenyum, bahkan membuatku kecewa..

Namun,
aku tak peduli..
Aku suka..

Yaa..
aku suka kamu..

Dan..
Jangan paksa aku mencintaimu
lebih dari ini..

Karena sekarang,
aku hanya ingin
mencintaimu dengan sederhana..

Sesederhana
sikapku kepadamu..
Dalam kecuekanku.. Dalam senyumku..
Dalam pandangan mataku..

Dan dalam hatiku..
Mencintaimu dengan sederhana..
Sesederhana
aku apa adanya..

Dan sesederhana
kamu apa adanya..
Biarkan semua mengalir apa adanya dengan sederhana..

“aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Seperti kata yang tak sempat diucapkan kayu pada api yang menjadikannya abu..

aku ingin mencintaimu dengan sederhana,
Seperti isyarat yang tak sempat disampaikan awan kepada hujan
yang menjadikannya tiada..”

Rabu, 20 Agustus 2014

Surat untuk Abdul Halim



A’udzubillahiminasyaitoonirrojiim, Bismillahirrohmaanirrohiim
Assalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.

Teruntuk Akhy Abdul Halim di kota Perawang nan indah dan penuh berkah. Insya Allah.

Dear Akhy Abdul Halim yang di rahmati Allah.

Semoga Allah menjagamu, hatimu dimanapun antum berada.
Ana pun disini Alhamdulillah baik dalam penjagaan dan lindungan serta limpahan rahmad Allah Subhanahu WaTa’ala.
Sebelum antum membaca lebih lanjut surat ini mohon maaf jika nanti dalam tulisan ini di temukan begitu banyak kesalahan dan kekhilafan. Astaghfirullohaladzim, semoga tulisan ini menjadi media yang tepat dalam penyampaianya tanpa ada pihak yang tersakiti. Aamiin yaa Robb…

Akhy Abdul Halim yang ana hormati,
Izinkan ana berbicara melalui tulisan ini dari hati seorang  Akhwat yang tak berdaya, wanita yang lemah, sensitif, sangat  perasa mohon jangan lukai hatinya.
Proses ta’aruf merupakan suatu proses awal menuju proses selanjutnya, yaitu khitbah dan akhirnya sebuah pernikahan. Memang tidak semua sukses sampe tahap itu. Sang Sutradaralah yang mengatur. Semua adalah skenario dan rekayasaNya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggamanNya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik atau buruk, mau syurga atau neraka, mau sukses atau gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan. Ana yakin antum tahu itu bukan?
Akhy Abdul Halim yang ana kagumi,
Selami hatimu sekarang, TANYAKAN, TANYAKAN PADA HATIMU SEKALI LAGI, 
Benarkah engkau akan melakukan itu dengan segala konsekuensi dan tanggung jawabnya..?? Benarkah engkau akan memegang komitmen itu..??
Mengertilah keadaan akhwat. Antum tahu, bahwa sifat kaum hawa itu lebih sensitif. Akhwat mudah sekali terbawa perasaan. Disadari atau tidak, diakui atau tidak, akhwat adalah makhluk yang kadang mudah sekali GeEr.
Jadi saat kata ta’aruf atau mungkin khitbah itu keluar dari lisan seorang lelaki baik dan sholih seperti antum, tak ada alasan bagi akhwat untuk menolak. Karena jika akhwat menolak tanpa alasan yang jelas, maka hanya fitnah yang ada. Jadi, tolong tanyakan lagi pada diri antum, apakah kata-kata itu memang keluar dari lubuk hati antum yang terdalam? Apakah antum sudah memohon petunjuk kepada yang Maha Menguasai Hati? Apa antum benar-benar siap (ilmu, iman, mental, fisik, materi, dll) untuk menjalin ikatan suci bernama pernikahan? Sekali lagi, berhati-hatilah dengan kata ta’aruf. Karena ta’aruf adalah gerbang menuju pernikahan. Pernikahan yg suci dan agung, yang saksinya adalah Allah Yang Maha Melihat dan Para Malaikatnya yg mengamini.
Proses ta’aruf’ menuju pernikahan memerlukan sebuah rentang waktu tertentu. Bila diibaratkan ta’aruf adalah pintu halaman rumah antum dan pernikahan adalah pintu rumah antum, kemudian timbul pertanyaan, berapa jauhkah jarak pintu gerbang menuju pintu rumah antum? padahal selama perjalanan akan banyak cobaan menghadang. Bunga-bunga indah di halaman rumah antum bisa membuat akhwat terpesona. Kolam ikan yang indah juga membuat akhwat terlena. Ingin sekali akhwat memetiknya, ingin sekali akhwat berlama-lama di sana menikmati keindahan dan kenikmatan yang antum sajikan. Tapi tidak berhak, karena belum mendapat izin dari si empunya rumah.
Akhwat ingin segera mencapai sebuah keberkahan, tapi di tengah jalan antum menyuguhkan keindahan-keindahan yang membuat akhwat lupa akan tujuan semula. Lebih menyakitkan lagi jika antum membuka gerbang itu lebar-lebar dan akhwatpun menyambut panggilan antum dengan hati berbunga-bunga. Tapi setelah akhwat mendekat dan sampai di depan pintu rumah antum, ternyata pintu rumah antum masih tertutup. Bahkan antum tak berniat membukakannya. Saat itulah hati akhwat hancur berkeping-keping.
Setelah semua harapan terangkai, tapi kini semua runtuh tanpa sebuah kepastian. Atau mungkin antum akan membukakannya, tapi kapan? Antum bilang jika saatnya tepat dan jika Allah memberi jodoh bahkan antum katakan kalau jodoh tak akan kemana. Lalu antum membiarkan akhwat menunggu di teras rumah antum dengan suguhan yang membuat akhwat kembali terbuai, tanpa ada sebuah kejelasan. Jangan biarkan akhwat berlama-lama di halaman rumah antum jika memang antum tak ingin atau belum siap membukakan pintu untuknya. Akhwat akan segera pulang karena mungkin saja salah alamat. Siapa tahu rumah antum memang bukan tempat berlabuhnya hati mereka. Ada rumah lain yang siap menjadi tempat bernaung mereka dari teriknya matahari dan derasnya hujan di luar sana.
Mereka tak ingin mengkhianati calon suaminya yang sebenarnya. Di istananya ia menunggu calon bidadarinya. Menata istananya agar tampak indah. Sementara dia berkunjung dan berlama-lama di istana orang lain.
Semoga pesan ini bisa menjadi bahan renungan antum, calon qowwam kami (para akhwat) dalam mengarungi bahtera rumah tangga Islami yang akan melahirkan generasi penyeru dan pembela agama Allah. Akhirnya ana minta maaf, afwan jiddan bila dalam pesan ini ada hal-hal yg kurang baik dan benar..
Akhy Abdul halim, dengakan jerit hati ini,
“Aku bukanlah seorang gadis muslimah yang cerewet dalam memilih pasangan hidup. Siapalah diriku ini berani untuk memilih permata sedangkan aku hanyalah sebutir pasir yang wujud di mana-mana.
Tetapi aku juga punya keinginan seperti wanita solehah yang lain, dilamar lelaki yang punya sikap, lelaki yang siap berkomitmen, lelaki yang mau berjuang, lelaki yang adil, lelaki yang bisa menjadi pelindungku, lelaki yang menjadi raja dalam hatiku, lelaki yang menghormatiku, keluargaku, lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, memimpinku ke arah tujuan yang satu..yaitu Ridho Allah Subhanahu WaTa’ala.
Permintaanku tidak banyak. Cukuplah engkau menyerahkan seluruh dirimu pada mencari ridha Illahi. Aku akan merasa amat bernilai andai dapat menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu. Bahkan aku amat bersyukur pada Illahi kiranya akulah yang ditakdirkan meniup semangat juangmu, mengulurkan tanganku untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu. Akan kukeringkan darah dari lukamu dengan tanganku sendiri. Itu impianku.
Namuun… yang terjadi saat ini adalah kehampaan, kepedihan, keraguan, kekecewaan, dimana tanggung jawabmu? dimana komitmenmu itu? Sudahkah kau berjuang? Sadarkah kalau telah antum melukai perasaan akhwat yang lemah ini?
Semua adalah skenario dan rekayasaNya. Manusia hanya berencana dan ikhtiar, keputusan tetap dalam genggamanNya. Tapi kita manusia juga diberi pilihan. Hidup adalah pilihan. Mau baik atau buruk, mau syurga atau neraka, mau sukses atau gagal, semua adalah pilihan. Namun tetap Allah Yang Maha Menentukan. Ana yakin antum tahu itu bukan?

Akhy dengarkan isi hati ini,
Baiklah, akan ana uraikan satu persatu-satu, semoga ini bisa menjadi renungan untuk antum dan menjadi pelajaran untuk ana atas segala kelemahan dan ketidak berdayaan ana menjaga hati dan perasaan ana.
Masih sangat jelas dalam ingatan ana proses itu, kali ini akan ana ingat lagi.
Pertama, 05 November 2013
Silahkan di baca dan di ingat-ingat lagi. Pada tanggal 5 Novemeber 2013.






Akhy… ana tidak akan mampu memulai jika antum tidak memulainya, betapa lemahnya diri ini, betapa mudahnya Ge er hati ini. Kemudian itu berlanjut tanggal 06 November 2013 dalam inbox.



Kedua, 15 November 2013






Ketiga, 23 November 2013










Dan kali ini berlanjut juga berlanjut di inbox, Apakah antum masih ingat? Wallohu ‘alam
Baiklah akan ana ingatkan,





Pembicaraan itu terus berlanjut sampai pada akhirnya, Jlleebb.. lagi2 hatiku ini lemah.
Namun antum masih terus mengirim pesan ke dalam inbox ku.
Keempat, 30 November 2013
Pesan itu datang lagi, antum tahu dari siapa? Pesan dari antum, antum ingat pesan itu ? seolah-olah memang sedang memberi harapan.









Kelima, 02 Desember 2013
Pesan itu juga datang, itu darimu akhy… atas nama Liem Qyong
Masihkan antum ingat proses itu???







·         Liem Qyong
atau apa ukht ?
·         Whoelan Althafunnisa Sinaga
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif02/12/2013 12:57
atau antum seperti waqaf lazim yg harus berhenti ? berhenti dari istikharah ini ?
·         Liem Qyong
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif02/12/2013 13:07
hhe..bukannya kyk qolqolah kubro, ht ini mmantul mantul dg kras sa't drimu trdiam & mngangguk kala driku mlamarmu...
·         Whoelan Althafunnisa Sinaga
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif02/12/2013 13:16
hehehe iyaaa... Ungkapkan maksud dan tujuan perasaanmu seperti Idzhar, jelas dan terang...
·         Liem Qyong
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif02/12/2013 13:22
ywd kita kirim biodata y ?
·         Whoelan Althafunnisa Sinaga
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif02/12/2013 13:23
Siap
·         Liem Qyong
https://fbstatic-a.akamaihd.net/rsrc.php/v2/y4/r/-PAXP-deijE.gif02/12/2013 15:16
biodatanya kirim lewat apa ukht ?


Saat itu antum meminta untuk saling bertukar biodata. Hari itu juga ana kirimkan Biodata yang antum minta. Tepat tanggal 04 Desember antum juga mengirimkan biodata antum. Hanya berharap kepada Allah semoga Ta’aruf yang ana lakukan ini tidak sia-sia. Saat itu juga ana berkomitmen untuk sabar dalam penantian sampai antum benar-benar siap dan selesai dari tugas-tugas yang sedang antum kerjakan kala itu. Antum ingatkan saat itu kalau antum sedang menyelesaikan Skripsi antum? Ana yakin antum sangat ingat.
Dan pembicaraan itu pun berlanjut sampai pada proses nazor. Kita sepakat nazor 25 Desember 2013 di Sei Kencana di kediaman Bang Iwan dan istri.
Semua proses itu kita lalui, berharap Allah memberi jalan atas niat baik ini, yaitu pernikahan yang di ridhoi Allah.
Semua berjalan baik, terus terang ana berkesan dengan antum, namun wallohu’alam jika antum tidak berkesan dengan ana, Bang Iwan baik, begitu juga dengan Kak Ani, ana bersyukur mereka menerima ana dan dengan baiknya, mereka mendekatkan ana dengan antum. Semoga Allah membalas semua jasa yang telah mereka lakukan. Aamiin…
Sampai pada waktunya Allah memberi kesempatan kepada kita untuk berbicara.  Sungguh sampai saat ini ana belum lupa obrolan kita waktu itu, ba’da isya di Kencana. Masih ingatkah engkau akhy? Rencanamu meng khitbahku di bulan Maret? Wallohu’alam.
Aku tak meminta itu, kata-kata itu keluar dari antum sendiri. Antum tidak mengingkari ini bukan?
….
Jika proses itu ana tulis dalam kata, ana kasihan dengan keyboard yang ana gunakan ini akan ikut menangis dan jika ia punya hati, mungkin hatinya akan terkoyak.
Ketahuilah akhy,,, hati ini bukan baja bukan besi hati ini juga bisa hancur…
Keenam, 31 Januari 2014



Ketujuh, 01 Februari 2014
Kala itu pertama kali antum menelpon ana, menyampaikan bahwa antum belum siap untuk mengkhitbah ana dengan alasan skripsi yang belum kelar. Bagiku itu tak masalah ku coba untuk melapangkan hati dan menerima itu. Aku memilih untuk bersabar dan berkomitmen untuk setia menunggu mu sampai antum benar-benar siap. Pernahkah engkau fikirkan dan engkau rasakan perasaan ku? Wallohu’alam
Antum tidak menghargai kesabaranku dalam menunggu, bahkan lebih menyakitkan lagi saat antum mempersilahkan ana untuk memilih yang lain. Masya Allah… ana tak habis fikir dengan ucapan antum itu. Antum sama sekali tidak ingin mempertahankan ta’aruf yang sudah kita lakukan itu? Antum fikir ta’aruf ini hanya permainan? Begitu mudahnya antum mempersilahkan ana memilih yang lain.
La ilahailla anta subhanaka inni kuntu minadzolimiin,,,,
Ana terus bersabar dalam penantian, namun sikap antum terhadap ana benar-benar membuat ana merasa di permainkan. Sampai pada akhirnya ana beranikan diri untuk menelpon antum. Tahukan engkau wahai akhy?  Aku berjuang disini. Mempertahankan taaruf ini. aku hanya tak ingin ini sia-sia, nazor yang sudah di lakukan, Jarak yang cukup jauh, menyita waktu, kesempatan, apakan antum pernah fikirkan itu? Entahlah.
28 Maret 2014, kuberanikan diri menekan tombol nomer telponmu, ku sampaikan isi hatiku, jeritan hatiku, ku luapkan semua. Ana tak tahu apa yang ada dalam fikiran antum saat itu. Yang ana tahu hanya, ana ingin menyampaikan ini semua. Agar engkau tidak gantungkan daku. Jangan gantungkan daku tanpa tali. Hanya itu.
“ Jika memang antum tidak tertarik dengan ana, tidak ada niatan dengan ana, kenapa pernah antum ucapkan khitbah itu? Ana hanya ingin kejelasan saat itu. Kalau memang tidak ada ketertarikan terhadap ana, katakan sebenarnya dan ana akan mundur teratur ”.
Semua memang Kehendak Allah, Skenario Allah, tapi kita lah yang memilih jalan, bukan hanya pasrah dengan ketentuan Allah tanpa usaha. Itu yang ingin ana sadarkan padamu akhy… saat itu.
Alhamdulillah malam itu kita sepakat untuk berkomitmen untuk saling menguatkan dan berjuang sampai ke pernikahan. Perlu antum ketahui betapa sulitnya menjaga hati ini, betapa banyaknya ujian yang datang dalam penantian ku ini, menanti engkau akhy,,,
Aku pun tahu itu tidak mudah bagimu untuk menjaga amanah ini,.. begitu juga denganku.
Masih ingat kah engkau akhy??? Komitmen itu? Perjuangan hubungan kita ini???
Tanggal 09 April 2014, Perawang – Duri, itu bukan jarak yang dekat menurutku, perjalanan jauh, berbahaya, beresiko namun antum datang bertemu dengan ibuku, menyampaikan niat bahwa engkau ingin menikahiku. Engkau tahu akhy? Betapa girangnya hati ini ketika itu. Ku lihat perjuangan dimatamu. Aku berjanji dalam hatiku, aku akan terus berusaha untuk menguatkanmu, berjuang  bersamamu untuk niat baik itu.. Allah baiik sekali, Allah mudahkan urusan pertemuanmu dengan ibuku.
 Allohu Akbar Allohu Akbar Allohu Akbar…
Aku selalu berdoa untuk kelancaran semua urusanmu, urusanku, urusan kita.
Sidang Skripsi 19 April 2014,
Tak henti-hentinya hati ini berdoa untuk kelancaran sidangmu, Alhamdulillah engkau memberi kabar padaku bahwa sidangmu berjalan dengan baik walau ada sedikit problem namun masih bisa di atasi. Alhamdulillah, Allohu Akbar.. Aku turut berbahagia. Bagaimana tidak, perjuangan VII Semester telah engkau lalui dengan baik. I PROUD OF YOU. Aku bangga padamu.
Saat itu perjuangan di dada kita semakin menyala, Allah baiiiikk sekali, Allah mudahkan segalanya. Sidang Skripsi mu lancar, hatiku di kuatkan oleh Allah dalam segala ujian dariNya. Aku mellihat engkau benar-benar berkomitmen untuk mengusahakan niat kita itu.
Sampai pada suatu ketika, Timbul masalah baru. Masalah yang aku juga bingung dengannya.
Ternyata Kakak Ipar antum, Kak ani kurang suka dengan hubungan kita ini. Allohu Akbar…
Apalagi ini….???? Bukankah ini semua ide kak Ani dan bang Iwan untuk menyatukan kita??
Ternyata masalahnya 2 tahun yang lalu tentang fitnah yang menyebar di Kencana, dan yang tersangka adalah ibuku. Tapi kenapa masalah ini timbul ketika proses pernikahan semakin dekat, hubungan semakin baik? Apa makna dari semua ini? apakan ini cara agar aku dan engkau di pisahkan? Wallohu’alam.
Ku fikir masalah ini sudah selesai, kak ani dan bang iwan juga bijak menghadapi omongan murahan yang tidak benar. Tapi ternyata aku salah. Kak ani masih merasa sakit hati tentang gossip itu.
Ketika gossip itu menyebar aku sudah coba jelaskan ke kak ani bahwa itu omongan tidak benar, ibuku juga sudah jelaskan omongan itu tidak pernah keluar dari mulutnya. Dan kak ani dulu juga sudah tidak mempermasalahkan lagi. Tapi kenapa akhir-akhir ini menjadai masalah? Allohu musta’an…

Akhy Abdul Halim yang baik hatinya..
Ana ini anak kandung dari ibuku, ana tahu persis sifat dan kelakuan ibuku, Bagaimana mungkin beliau yang mengajarkan ku tentang kebaikan, kepercayaan, kelembutan, kesopanan, bahkan beliaulah yang mengajarkanku huruf demi huruf kalam Allah yang menjadi pedoman hidup ku sebagai seorang muslimah, beliau bukan orang sembarangan, beliau bukan orang yang mau menyebarkan fitnah murahan seperti yang mereka tuduhkan kepada beliau. Dan asal antum tahu, berita itu menyebar setelah ibuku sudah pindah dari Kencana. Bisa sajakan bahwa  berita itu sengaja dibuat karena orangnya sudah tidak ada? Dan ana bisa pastikan orang yang menyebar berita itu bukan orang baik-baik. Dan antum tahu siapa bang Iwan bukan? Bang Iwan itu sudah seperti anak kandung ibuku. Beliau yang memasakkan makanan untuk bang Iwan. Bungkuskan bontotnya, mengurusnya ketika sakit, memperhatikanya. Logikanya, mungkinkah orang tua apalagi ibu, mau menyebarkan gosip murahan yang bisa melukai hati anaknya? Tidak ada ibu seperti itu di dunia ini. Tanyakan hatimu akhy??? Ibuku sampai menangis menyampaikan ini padaku. Sanggupkah engkau melihat ibumu menangis di depanmu karena tersangka yang bukan perbuatanya???? Aku tak sanggup akhy. Wallohi aku tak sanggup..  Tanyakan hatimu akhy. Tanyakan… !!!!
Ibuku sudah coba jelaskan ke kak ani. Tapi tetap kak ani belum memaafkan. Bahkan tak mau berbicara dengan ibuku juga denganku. Apakah ini juga salah ku? Kenapa kebaikan yang selama ini sudah di berikan ibuku hilang hanya karena omongan orang yang tidak benar? Kenapa kak ani dan bang Iwan tidak bisa melapangkan hati? Begitu tinggikah hati mereka?? Tak bisakah mereka membuka mata lebar-lebar? Ana tidak bermaksud membela atau menyalahkan siapa-siapa disini. Namun ana hanya ingin membuka mata dan hatimu akhy….!!!
Apa hanya karena masalah ini, masalah yang tidak ada hubunganya dengan proses pernikahan kita menjadi musuh dan menjadi penghalang pernikahan kita?? Bukan hanya kak Ani dan bang Iwan yang kena beban mental disini, bukan hanya mereka yang sakit hati, ibuku juga. Kehilangan anaknya yang dulu. Tertuduh dengan apa yg bukan dia perbuat. Hadzihi fitnah, hadzihi fitnah… Apakah engkau pernah fikirkan itu akhy?? Bagaimana jika posisi ku dan ibuku berada pada posisimu???
Dan apakah bang Iwan dan kak Ani tidak kasihan melihat hubungan kita yang kita tidak tahu menahu masalah mereka menjadi korban? Hati ku ini hancur akhy.. sakit. Sudah tersayat kau siramkan air jeruk diatasnya, bisakah antum rasakan..??  Kenapa mereka tidak berbesar hati?? Dan mengapa engkau malah menyakitiku?? Lupakah engkau dengan komitmen itu? Tidakkah engkau sadar kalau engkau mengecewakanku? Apakah itu yang rosul ajarkan pada pengikutnya??? Diamana implementasi ilmu mu akhy??? Dimana?? Afwan kalau ana terkesan menyudutkanmu. Tapi inilah curahan hatiku. Kalau engkau sudi bacalah. Jika tidak campakkan dan buang jauh jauh bahkan bakar bila perlu.
Akhy… Bahkan antum sendiri menyuruh ibu ana untuk mengklarifikasi lagi masalah ini. secara tersirat berarti antum percaya kalo ibu ana menjadi tersangka. Aku tak menyangka begitu rendah dan picik pemikiranmu akhy… itu ibuku, calon mertuamu. Sangggup engkau memperlakukanya seperti itu. Allohu Akbar. Aku tidak akan membiarkan ibuku di perlakukan seperti itu. Ini kehormatan keluargaku. Kehormatan ibuku. Ibuku itu orang tua akhy,,, bukan seumuran ana atau antum yang bisa kita atur harus mengklarifikasi masalah yang bukan dia pelakunya. Kenapa kak Ani dan bang Iwan tidak mau menanyakan langsung? Atau ini hanya alasan agar hubugnan kita tidak berlanjut…? Atau ini hanya alasan antum untuk tidak menikahi ana?? Katakan sejujurnya.
Akhy… setelah begitu banyak proses yang kita lalui, ana sudah cukup bersabar, ana sudah cukup mengalah, ana juga tahu bahwa antum juga berjuang untuk itu. Antum juga berkorban untuk niat kita itu. Akhy…….
Bang Ardi minta ana berkunjung ke Pekanbaru ana turuti, ana bersedia, ana pergi kesana, berharap agar semua perjalanan panjang yang kita lalui bisa segera di temukan titik terangnya berharap semoga semuanya ridho, semua senang. Namun segitulah kesanggupan ana akhy...
Sekarang ini, ana kasih antum pilihan.
1.         Tetap maju menikahi ana dengan atau tanpa restu bang Iwan atau kak Ani.
Kalau antum serius ingin menikah dengan ana, seharusnya antum meyakinkan mereka dengan pilihan antum. Kenapa antum tidak punya sikap? Kenapa antum tidak komit? Antum itu laki-laki … !!!!
Apakah antum ingat dengan BBM yang pernah ana tanyakan ke antum waktu itu?? Begini isi BBM nya, silahkan di cek kalo tidak percaya,
Wulan Ainun Mahya : Akhy, bagaimana jika ada salah satu keluarga antum tidak setuju dengan hubungan kita ini?
Halim Abdul              : Kan hanya satu, yang lain setuju kan? Ana akan berusaha meyakinkan keluarga ana dengan pilihan ana ukh… kita komitmen kan?
Masihkah engkau ingat akhy?? Dimana ucapanmu itu? Dimana perjuanganmu itu? Kenapa dengan mudahnya engkau mengatakan kalau jodoh tak akan kemana, dan bla bla bla… kenapa engkau tidak menepati janjimu. Kenapa akhy lupa  dengan apa yang akhy ucapkan. Aku benar-benar kecewa padamu akhy… mana Sunah yang engkau pegang? Adakah Rosul mengajarkan engkau menjadi orang yang tidak menepati janji?? Dimana keseriusanmu itu???? Bagaimana ana akan mempercayakan masa depan ana dengan orang yang tidak bisa menepati janji.????
Akhy…. Bagaimanapun kita juga akan terus perbaiki hubungan itu. Tidak akan mungkin masalah itu terus berlarut larut akhy… antum menjaga perasaan bang Iwan dan Kak Ani, tapi apa antum menjaga perasaan ku dan ibuku? Keluargaku?
Antum harus adil disini… antum sebagai Qowwam harus bisa memilah dan memilih mana masalah yang kita bisa masuk di dalamnya mana masalah yang kita tidak perlu masuk di dalamnya. Toh yang menikah itukan ana dengan antum, kita juga akan terus usahakan memperbaiki hubungan yang sempat tidak baik ini, Idealnya memang harus di perbaiki dulu sebelum kita nikah. Siapa sih yang tak mau pernikahan berjalan lancer, semuanya baik, semua ridho, semua keluarga senang dan bahagia. Tapi kembali lagi akhy… tidak semua bisa sesuai yang kita harapkan. Namun, jika antum memaksa ana untuk memohon kepada ibu ana untuk mengklarifikasi dan minta maaf ke bang Iwan dan Kak ani, ana katakan ana tidak mampu, ini kehormatan keluarga, kehormatan ibuku, jika ana mengabulkan permintaan antum berarti ana setuju kalau ibu ana penyebar gosip murahan itu. Ana percaya dengan ibu ana. Dan ana yakin, jika antum berada di posisi ana, antum akan melakukan hal yang sama, Itu pilihan pertama.



2.       Mundur dari sekarang, hentikan ta’aruf ini.
Ana tidak tahu persis apa yang ada di dalam hati antum. Hanya Allah yang tahu isi hati hambaNya. Jika memang selama perkenalan ini banyak antum temukan keburukan ana, ketidak sesuaian kriteria antum terhadap ana Wallohu’alam. Ana memang bukan wanita yang sempurna akhy, ana masih begitu banyak kekurangan ilmu, ana masih butuh banyak mempelajari ilmu syar’i, masih perlu banyak merenung dan perlu banyak belajar, ana tidak cantik, tidak kaya, tidak bertittle, tidak dari keluarga terpandang, orang tua ana hanya petani yang sangat sederhana, hidup kami memang susah, tapi kami bersyukur dengan segala nikmat yang telah Allah berikan kepada kami. Tapi perlu antum ingat baik-baik, walaupun ana sangat banyak kekurangan. Tapi ana bukan wanita murahan, Insya Allah ana terjaga dan semoga ana mendapatkan imam yang mau menjaga ana, melindungi perasaan ana bukan menyakiti ana. Dan semoga ana bisa menjadi istri yang menjadi penyejuk hati suaminya kelak, mejadi menantu yang baik dan ibu terbaik untuk anak2ku kelak.  Mungkin memang dari sekarang ini lah ta’aruf ini di hentikan. Walaupun dengan alasan tidak ada restu bang Iwan dan kak Ani. Tapi sebagai muslim yang baik, ana berharap antum jujur disini, apa yang harus ana perbaiki dari diri ana? Dimana kekurangan ana? Agar nantinya ada ikhwan yang mau menikah dengan ana, dengan segala kekurangan ana, mohon di jelaskan sejelas jelasnya akhy… agar ana ikhlas melepaskan antum nantinya. Agar tidak ada kekecewaan di hati ana.


Ana kira cukup sudah curahan hati ana ini, ana berharap semua bisa kita bicarakan baik-baik, jika engkau memilih pilihan nomer 2 akan berhenti dengan ta’aruf ini dan memilih pihak abang antum dan kakak ipar antum silahkan, ana tidak memaksa. Itu privacy antum, hak antum. ana bukan siapa-siapa disini. Dengan berakhirnya semua ini berarti perjalanan yang cukup panjang ini berhenti sampai disini dan segala pengorbanan juga berhenti sampai disini. Kita berkenalan dengan baik berpisah juga dengan cara yang baik. Mungkin sampai disinilah komitmen yang telah kita bangun dan kita pertahankan. Sebelum antum memilih istikhoroh dulu yaa.. Semoga Allah menunjukan jalan terbaik dari masalah ini. Aamiin Aamiin Allohumma Aamiin.
Akhirnya dengan memohon ampun kepada Allah dan mengharap ridho Allah ana memohon maaf atas segala kesalahan dan kekhilafan kata dan kalimat yang kurang berkenan. Semua ini ana buat hanya untuk mencurahkan isi hati ana yang pedih.
Apapun keputusan antum akan ana terima dengan kelapangan hati dan keikhlasan. Jaga diri baik-baik yaa.., dan semoga bisa menjadi Imam dan lelaki yang siap berkomitmen, lelaki yang mau berjuang, lelaki yang adil, lelaki yang bisa menjadi pelindung keluarga, lelaki yang bakal dinobatkan sebagai ahli syurga, bisa memimpin ke arah tujuan yang satu..yaitu Ridho Allah Subhanahu WaTa’ala dan semoga mendapatkan istri yang bisa menjadi menjadi tiang penyangga ataupun sandaran perjuanganmu, meniup semangat juangmu, mengulurkan tangannya untukmu berpaut sewaktu rebah atau tersungkur di medan yang dijanjikan Allah dengan kemenangan atau syahid itu.
Wassalamu’alaikum Warohmatullohi Wabarokaatuh.
Salam,
Wulan Suci Kurniati
Wanita yang jauh dari kesempurnaan